Apakah Anda terbiasa dengan istilah Cloud Kitchen? Beberapa restoran di Indonesia mulai menerapkan konsep Cloud Kitchen atau yang juga dikenal dengan Ghost Kitchen. Masyarakat menganggap konsep ini sebagai salah satu solusi praktis untuk menekan biaya operasional karena tidak perlu menyewa tempat untuk menyediakan fasilitas makan di tempat bagi pengunjung dan hanya melayani delivery.

Berbasis teknologi, Cloud Kitchen sudah menjadi tren sejak akhir tahun 2019 dan semakin populer di masa pandemi Covid-19. Selain pelaku bisnis, konsep ini juga dianggap menguntungkan bagi konsumen karena pembeli tidak perlu datang ke restoran untuk membeli makanan, cukup hanya dengan memesan makanan melalui aplikasi layanan pesan antar makanan di smartphone. Proses pemesanan, pembuatan dan pengantaran makanannya pun relatif lebih singkat dibandingkan dengan pemesanan di restoran konvensional.

Bukan hanya karena pandemi, mayoritas konsumen saat ini memang lebih memilih untuk menunggu makanannya sambil melanjutkan aktivitas dibanding menyisihkan waktu untuk jalan dan mengantri untuk mendapatkan makanannya. Terutama eksekutif muda dan milenial, mereka bersedia membayar lebih demi efisiensi waktu. Menurut Frost & Sullivan, pasar pengantaran makanan global diperkirakan sebesar US$82 miliar pada tahun 2018 lalu, dan diprediksikan akan menjadi lebih dari dua kalinya pada tahun 2025.

Meski dinilai lebih praktis dan efisien, namun sebagaimana bisnis pada umumnya, konsep Cloud Kitchen juga memiliki tantangan. Pelaku bisnis harus konsisten dalam mempertahankan kebersihan, kualitas, dan rasa dari produk agar mendapat kepercayaan dari konsumen.

Apakah Anda tertarik untuk memulai bisnis Cloud Kitchen?

Kunjungi www.floucloud.id untuk mempelajari cloud computing dengan lebih dalam.

(source: https://ww2.frost.com/frost-perspectives/the-soon-to-be-200b-online-food-delivery-is-rapidly-changing-the-global-food-industry/)